MAKALAH
KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik AllahSWT. Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Agama Islam. Agama sebagai sistem kepercayaan
dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang.
Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih
menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran
dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan
budaya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu tentang kerukunan antar umat beragama, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Negeri Makassar. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Makassar, 27 Oktober 2011
Penyusun
ABSTRAK
KERUKUNAN ANTAR
UMAT BERAGAMA
1.
Agama Islam Merupakan Rahmat Bagi Seluruh Alam
A. Makna
Agama Islam
Kata islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan
patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang
mengandung ajaran yang mencitakan kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan
kehidupan umat manusia pada khususnya, dan semua
mahluk Allah pada umumnya.
B. Kerahmatan
Islam Bagi Seluruh Alam.
Salah satu
bentuk kerahmatan Allah pada ajaran islam adalah :
- slam menghargai dan menghormati manusia sebagai
hamba Allah, baik mereka muslim maupun non muslim.
- Islam memberikan kebebasan pada manusia untuk
menggunakan potensi yang diberikan oleh ALLAH secara bertanggung jawab.
2.
Kebersamaan Umat Beragama Dalam Kehidupan Sosial.
A. Pandangan
Agama Islam Terhadap Umat Non Islam
Dari segi akidah, setiap orang yang tidak mau menerima islam sebagi
agamanya disebut kafir atau non islam. Mereka yang terdiri dari orang-orang musrik
yang menyembah berhala di sebut orang watsani. Orang kafir yang mengganggu,
menyakiti dan memusuhi orang Islam di sebut kafir harbi, dan orang kafir
yang hidup rukun dengan orang Islam disebut kafir dzimmi.
Kafir harbi adalah orang kafir yang memerangi orang Islam dan boleh diperangi
oleh orang Islam. Kafir dzimmi adalah orang kafir yang mengikat perjanjian atau
yang menjadi tanggungan orang Islam untuk menjaga keselamatan atau keamanannya.
B. Tanggung
Jawab Sosial Umat Islam
Bentuk tanggung jawab sosial ummat islam
meliputi berbagai aspek kehidupan di antaranya adalah :
1. Menjalin silaturahmi dengan tetangga,
2. Memberi bantuan kepada masyarakat bila ada yang memerlukan bantuan,
C.
Amar Ma’ruf Dan Nahi Mungkar
Amar ma’ruf dan nahi mungkar artinya memerintahkan orang lain untuk berbuat baik dan
mencegah perbuatan jahat. Bentuk amar
ma’ruf dan nahi munkar yang bersistem diantaranya adalah: Mendirikkan
mesjid, Menyelenggarkan
pengajian, dll.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama
BAB
II PEMBAHASAN
A. Kerukunan
Antar Umat Beragama di Indonesia
B. Kendala-Kendala
C. Solus
D. Agama Islam Merupakan Rahmat Bagi Seluruh Alam
E. Ukhuwah Islamiyah Dan Ukhuwah Insaniyah
F. Kebersamaan Ummat Beragama Dalam Kehidupan Sosial
BAB
III KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kerukunan
beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah bangsa,
Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat untuk mempersatukan
masyarakat Indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu tatanan yang inklusif
dan demokratis. Sayangnya wacana mengenai Pancasila seolah lenyap seiring
dengan berlangsungnya reformasi.
Berbagai
macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan kerukunan antar
umat beragama, dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Namun dengan kendala
tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa dengan banyaknya agama yang ada
di Indonesia, maka banyak pula solusi untuk menghadapi kendala-kendala
tersebut. Dari berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan
antar umat beragama di Indonesia seperti masyarakat dari berbagai golongan,
pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam
masyarakat.
Keharmonisan
dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan dari kerukunan
beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari ancaman, kekerasan hingga
konflik agama.
B. Rumusan
Masalah
a. Kendala apa yang menjadi permasalahan
dalam mencapai kerukunan umat beragama di Indonesia?
b. Bagaimana masyarakat menghadapi
permasalahan/kendala dalam mencapai kerukunan antar umat beragama di Indonesia?
c. Apakah Agama Islam
Merupakan Rahmat Bagi Seluruh Alam?
d. Bagaimana Kebersamaan Umat Beragama Dalam Kehidupan Sosial?
C. Tujuan
Penulisan
makalah ini bermaksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama kami dan untuk
menambah wawasan para pembaca tentang kerukunan antar umat beragama serta permasalahan yang di
hadapi. Semoga Bermanfaat.
D. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama
Umat
Beragama Diharapkan Perkuat Kerukunan Jika agama dapat dikembangkan sebagai
faktor pemersatu maka ia akan memberikan stabilitas dan kemajuan Negara.
Menteri
Agama Muhammad Maftuh Basyuni berharap dialog antar-umat beragama dapat
memperkuat kerukunan beragama dan menjadikan agama sebagai faktor pemersatu
dalam kehidupan berbangsa.
"Sebab
jika agama dapat dikembangkan sebagai faktor pemersatu maka ia akan memberikan
sumbangan bagi stabilitas dan kemajuan suatu negara," katanya dalam
Pertemuan Besar Umat Beragama Indonesia untuk Mengantar NKRI di Jakarta, Rabu.
Pada
pertemuan yang dihadiri tokoh-tokoh agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Buddha, dan Konghucu itu Maftuh menjelaskan, kerukunan umat beragama di
Indonesia pada dasarnya telah mengalami banyak kemajuan dalam beberapa dekade
terakhir namun beberapa persoalan, baik yang bersifat internal maupun
antar-umat beragama, hingga kini masih sering muncul.
Menurut
dia, kondisi yang demikian menunjukkan bahwa kerukunan umat beragama tidak
bersifat imun melainkan terkait dan terpengaruh dinamika sosial yang terus
berkembang. "Karena itu upaya memelihara kerukunan harus dilakukan secara
komprehensif, terus-menerus, tidak boleh berhenti," katanya.
Dalam hal
ini, Maftuh menjelaskan, tokoh dan umat beragama dapat memberikan kontribusi
dengan berdialog secara jujur, berkolaborasi dan bersinergi untuk menggalang
kekuatan bersama guna mengatasi berbagai masalah sosial termasuk kemiskinan dan
kebodohan. Ia juga mengutip perspektif pemikiran Pendeta Viktor Tanja yang
menyatakan bahwa misi agama atau dakwah yang kini harus digalakkan adalah misi
dengan tujuan meningkatkan sumber daya insani bangsa, baik secara ilmu maupun
karakter. "Hal itu kemudian perlu dijadikan sebagai titik temu agenda
bersama lintas agama," katanya.
Mengelola kemajemukan Ketua Majelis
Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin mengatakan masyarakat Indonesia memang
majemuk dan kemajemukan itu bisa menjadi ancaman serius bagi integrasi
bangsa jika tidak dikelola secara baik dan benar.
"Kemajemukan
adalah realita yang tak dapat dihindari namun itu bukan untuk dihapuskan.
Supaya bisa menjadi pemersatu, kemajemukan harus dikelola dengan baik dan
benar," katanya. Ia menambahkan, untuk mengelola kemajemukan secara baik
dan benar diperlukan dialog berkejujuran guna mengurai permasalahan yang selama
ini mengganjal di masing-masing kelompok masyarakat.
"Karena
mungkin masalah yang selama ini terjadi di antara pemeluk agama terjadi karena
tidak sampainya informasi yang benar dari satu pihak ke pihak lain. Terputusnya
jalinan informasi antar pemeluk agama dapat menimbulkan prasangka- prasangka
yang mengarah pada terbentuknya penilaian negatif," katanya.
Senada
dengan Ma'ruf, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Mgr.M.D Situmorang, OFM.
Cap mengatakan dialog berkejujuran antar umat beragama merupakan salah satu
cara untuk membangun persaudaraan antar- umat beragama.
Menurut
dia, tema dialog antar-umat beragama sebaiknya bukan mengarah pada masalah
theologis, ritus dan cara peribadatan setiap agama melainkan lebih ke masalah-
masalah kemanusiaan. "Dalam hal kebangsaan, sebaiknya dialog difokuskan ke
moralitas, etika dan nilai spiritual," katanya. Ia juga menambahkan,
supaya efektif dialog antar-umat beragama mesti "sepi" dari latar
belakang agama yang eksklusif dan kehendak untuk mendominasi pihak lain.
"Sebab untuk itu butuh relasi harmonis tanpa apriori, ketakutan dan
penilaian yang dimutlakkan. Yang harus dibangun adalah persaudaraan yang saling
menghargai tanpa kehendak untuk mendominasi dan eksklusif," katanya.
Menurut
Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Budi S Tanuwibowo, agenda agama-agama
ke depan sebaiknya difokuskan untuk menjawab tiga persoalan besar yang selama
ini menjadi pangkal masalah internal dan eksternal umat beragama yakni rasa
saling percaya, kesejahteraan bersama dan penciptaan rasa aman bagi masyarakat.
"Energi dan militansi agama seyogyanya diarahkan untuk mewujudkan tiga hal
mulia itu," demikian Budi S Tanuwibowo.
BAB II
PEMBAHASAN
KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
A. Kerukunan
Antar Umat Beragama di Indonesia
Kerukunan
merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat dihindarkan di Tengah
perbedaan. Perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang untuk hidup rukun dan
berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan. Kesadaran
akan kerukunan hidup umat beragama yang harus bersifat Dinamis,
Humanis dan Demokratis, agar dapat ditransformasikan kepada masyarakat
dikalangan bawah sehingga, kerukunan tersebut tidak hanya dapat
dirasakan/dinikmati oleh kalangan-kalangan atas/orang kaya saja. Karena, Agama
tidak bisa dengan dirinya sendiri dan dianggap dapat memecahkan semua
masalah. Agama hanya salah satu faktor dari kehidupan manusia.
Mungkin
faktor yang paling penting dan mendasar karena memberikan sebuah arti dan
tujuan hidup. Tetapi sekarang kita mengetahui bahwa untuk mengerti lebih dalam
tentang agama perlu segi-segi lainnya, termasuk ilmu pengetahuan dan juga
filsafat. Yang paling mungkin adalah mendapatkan pengertian yang mendasar dari
agama-agama. Jadi, keterbukaan satu agama terhadap agama lain sangat penting.
Kalau kita
masih mempunyai pandangan yang fanatik, bahwa hanya agama kita sendiri saja
yang paling benar, maka itu menjadi penghalang yang paling berat dalam usaha
memberikan sesuatu pandangan yang optimis. Namun ketika kontak-kontak
antaragama sering kali terjadi sejak tahun 1950-an, maka muncul paradigma dan
arah baru dalam pemikiran keagamaan. Orang tidak lagi bersikap negatif dan
apriori terhadap agama lain. Bahkan mulai muncul pengakuan positif atas
kebenaran agama lain yang pada gilirannya mendorong terjadinya saling
pengertian.
Di masa
lampau, kita berusaha menutup diri dari tradisi agama lain dan menganggap agama
selain agama kita sebagai lawan yang sesat serta penuh kecurigaan terhadap
berbagai aktivitas agama lain, maka sekarang kita lebih mengedepankan sikap
keterbukaan dan saling menghargai satu sama lain.
B. Kendala-Kendala
1. Rendahnya Sikap Toleransi
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah
dalam komunikasi antar agama sekarang ini, khususnya di Indonesia, adalah
munculnya sikap toleransi malas-malasan (lazy tolerance) sebagaimana
diungkapkan P. Knitter. Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan
tak langsung (indirect encounter) antar agama, khususnya menyangkut persoalan
teologi yang sensitif. Sehingga kalangan umat beragama merasa enggan
mendiskusikan masalah-masalah keimanan. Tentu saja, dialog yang lebih mendalam
tidak terjadi, karena baik pihak yang berbeda
4
keyakinan/agama sama-sama menjaga jarak satu sama lain. Masing-masing agama
mengakui kebenaran agama lain, tetapi kemudian membiarkan satu sama lain
bertindak dengan cara yang memuaskan masing-masing pihak. Yang terjadi hanyalah
perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan sesungguhnya. Sehingga dapat
menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda agama, maka
akan timbullah yang dinamakan konflik.
2. Kepentingan Politik
Faktor Politik,
Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala dalam mncapai
tujuan sebuah kerukunan antar umat beragama khususnya di Indonesia, jika bukan
yang paling penting di antara faktor-faktor lainnya. Bisa saja sebuah kerukunan
antar agama telah dibangun dengan bersusah payah selama bertahun-tahun atau
mungkin berpuluh-puluh tahun, dan dengan demikian kita pun hampir memetik
buahnya.
Namun tiba-tiba
saja muncul kekacauan politik yang ikut memengaruhi hubungan antaragama dan
bahkan memorak-porandakannya seolah petir menyambar yang dengan mudahnya
merontokkan “bangunan dialog” yang sedang kita selesaikan. Seperti yang
sedang terjadi di negeri kita saat ini, kita tidak hanya menangis melihat
political upheavels di negeri ini, tetapi lebih dari itu yang mengalir bukan
lagi air mata, tetapi darah; darah saudara-saudara kita, yang mudah-mudahan
diterima di sisi-Nya. Tanpa politik kita tidak bisa hidup secara tertib teratur
dan bahkan tidak mampu membangun sebuah negara, tetapi dengan alasan politik
juga kita seringkali menunggangi agama dan memanfaatkannya.
3. Sikap Fanatisme
Di kalangan
Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada dan berkembang. Bahkan
akhir-akhir ini, di Indonesia telah tumbuh dan berkembang pemahaman keagamaan yang
dapat dikategorikan sebagai Islam radikal dan fundamentalis, yakni pemahaman
keagamaan yang menekankan praktik keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah
ajaran agama seharusnya diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat.
Mereka masih berpandangan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan
dapat menjamin keselamatan menusia. Jika orang ingin selamat, ia harus memeluk
Islam. Segala perbuatan orang-orang non-Muslim, menurut perspektif aliran ini,
tidak dapat diterima di sisi Allah.
Pandangan-pandangan semacam ini tidak mudah dikikis karena masing-masing
sekte atau aliran dalam agama tertentu, Islam misalnya, juga memiliki agen-agen
dan para pemimpinnya sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak dari satu komando
dan satu pemimpin. Ada banyak aliran dan ada banyak pemimpin agama dalam Islam
yang antara satu sama lain memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang
agamanya dan terkadang bertentangan. Tentu saja, dalam agama Kristen juga ada
kelompok eksklusif seperti ini. Kelompok Evangelis, misalnya, berpendapat
bahwa tujuan utama gereja adalah mengajak mereka yang percaya untuk
meningkatkan keimanan dan mereka yang berada “di luar” untuk masuk dan
bergabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka yang bergabung dengan gereja yang
akan dianugerahi salvation atau keselamatan abadi. Dengan saling mengandalkan
pandangan-pandangan setiap sekte dalam agama teersebut, maka timbullah sikap fanatisme
yang berlebihan.
Dari uraian diatas, sangat jelas sekali bahwa ketiga faktor tersebut adalah
akar dari permasalahan yang menyebabkan konflik sekejap maupun berkepanjangan.
C. Solusi
1. Dialog Antar Pemeluk Agama
Sejarah
perjumpaan agama-agama yang menggunakan kerangka politik secara tipikal hampir
keseluruhannya dipenuhi pergumulan, konflik dan pertarungan. Karena itulah
dalam perkembangan ilmu sejarah dalam beberapa dasawarsa terakhir, sejarah yang
berpusat pada politik yang kemudian disebut sebagai “sejarah konvensional”
dikembangkan dengan mencakup bidang-bidang kehidupan sosial-budaya lainnya,
sehingga memunculkan apa yang disebut sebagai “sejarah baru” (new history).
Sejarah model mutakhir ini lazim disebut sebagai “sejarah sosial” (social
history) sebagai bandingan dari “sejarah politik” (political history).
Penerapan sejarah sosial dalam perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia akan
sangat relevan, karena ia akan dapat mengungkapkan sisi-sisi lain hubungan para
penganut kedua agama ini di luar bidang politik, yang sangat boleh jadi
berlangsung dalam saling pengertian dan kedamaian, yang pada gilirannya
mewujudkan kehidupan bersama secara damai (peaceful co-existence) di antara
para pemeluk agama yang berbeda.
Hampir
bisa dipastikan, perjumpaan Kristen dan Islam (dan juga agama-agama lain) akan
terus meningkat di masa-masa datang. Sejalan dengan peningkatan globalisasi,
revolusi teknologi komunikasi dan transportasi, kita akan menyaksikan gelombang
perjumpaan agama-agama dalam skala intensitas yang tidak pernah terjadi
sebelumnya. Dengan begitu, hampir tidak ada lagi suatu komunitas umat beragama
yang bisa hidup eksklusif, terpisah dari lingkungan komunitas umat-umat
beragama lainnya. Satu contoh kasus dapat diambil: seperti dengan meyakinkan
dibuktikan Eck (2002), Amerika Serikat, yang mungkin oleh sebagian orang
dipandang sebagai sebuah “negara Kristen,” telah berubah menjadi negara yang
secara keagamaan paling beragam. Saya kira, Indonesia, dalam batas tertentu,
juga mengalami kecenderungan yang sama. Dalam pandangan saya, sebagian besar
perjumpaan di antara agama-agama itu, khususnya agama yang mengalami konflik,
bersifat damai. Dalam waktu-waktu tertentu―ketika terjadi perubahan-perubahan
politik dan sosial yang cepat, yang memunculkan krisis― pertikaian dan konflik
sangat boleh jadi meningkat intensitasnya.
Tetapi hal ini seyogyanya tidak mengaburkan perspektif kita, bahwa kedamaian
lebih sering menjadi feature utama. Kedamaian dalam perjumpaan itu, hemat saya,
banyak bersumber dari pertukaran (exchanges) dalam lapangan sosio-kultural atau
bidang-bidang yang secara longgar dapat disebut sebagai “non-agama.”
Bahkan
terjadi juga pertukaran yang semakin intensif menyangkut gagasan-gagasan
keagamaan melalui dialog-dialog antaragama dan kemanusiaan baik pada tingkat
domestik di Indonesia maupun pada tingkat internasional; ini jelas memperkuat
perjumpaan secara damai tersebut. Melalui berbagai pertukaran semacam ini
terjadi penguatan saling pengertian dan, pada gilirannya, kehidupan
berdampingan secara damai.
2. Bersikap Optimis
Walaupun
berbagai hambatan menghadang jalan kita untuk menuju sikap terbuka, saling
pengertian dan saling menghargai antaragama, saya kira kita tidak perlu
bersikap pesimis. Sebaliknya, kita perlu dan seharusnya mengembangkan optimisme
dalam menghadapi dan menyongsong masa depan dialog.Paling tidak ada tiga hal
yang dapat membuat kita bersikap optimis.
Pertama, pada beberapa dekade terakhir ini studi
agama-agama, termasuk juga dialog antaragama, semakin merebak dan berkembang di
berbagai universitas, baik di dalam maupun di luar negeri. Selain di berbagai
perguruan tinggi agama, IAIN dan Seminari misalnya, di universitas umum seperti
Universitas Gajah Mada, juga telah didirikan Pusat Studi Agama-agama dan Lintas
Budaya. Meskipun baru seumur jagung, hal itu bisa menjadi pertanda dan
sekaligus harapan bagi pengembangan paham keagamaan yang lebih toleran dan pada
akhirnya lebih manusiawi. Juga bermunculan lembaga-lembaga kajian agama,
seperti Interfidei dan FKBA di Yogyakarta, yang memberikan sumbangan dalam
menumbuhkembangkan paham pluralisme agama dan kerukunan antarpenganutnya.
Kedua, para pemimpin masing-masing agama semakin
sadar akan perlunya perspektif baru dalam melihat hubungan antar-agama. Mereka
seringkali mengadakan pertemuan, baik secara reguler maupun insidentil untuk
menjalin hubungan yang lebih erat dan memecahkan berbagai problem keagamaan
yang tengah dihadapi bangsa kita dewasa ini. Kesadaran semacam ini seharusnya
tidak hanya dimiliki oleh para pemimpin agama, tetapi juga oleh para penganut
agama sampai ke akar rumput sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara
pemimpin agama dan umat atau jemaatnya. Kita lebih mementingkan
bangunan-bangunan fisik peribadatan dan menambah kuantitas pengikut, tetapi
kurang menekankan kedalaman (intensity) keberagamaan serta kualitas mereka
dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama.
Ketiga, masyarakat kita sebenarnya semakin dewasa
dalam menanggapi isu-isu atau provokasi-provokasi. Mereka tidak lagi mudah
disulut dan diadu-domba serta dimanfaatkan, baik oleh pribadi maupun kelompok
demi target dan tujuan politik tertentu. Meskipun berkali-kali masjid dan
gereja diledakkan, tetapi semakin teruji bahwa masyarakat kita sudah
bisa membedakan mana wilayah agama dan mana wilayah politik. Ini merupakan
ujian bagi agama autentik (authentic religion) dan penganutnya. Adalah tugas
kita bersama, yakni pemerintah, para pemimpin agama, dan masyarakat untuk
mengingatkan para aktor politik di negeri kita untuk tidak memakai agama
sebagai instrumen politik dan tidak lagi menebar teror untuk mengadu domba
antarpenganut agama.
Jika tiga
hal ini bisa dikembangkan dan kemudian diwariskan kepada generasi selanjutnya,
maka setidaknya kita para pemeluk agama masih mempunyai harapan untuk dapat
berkomunikasi dengan baik dan pada gilirannya bisa hidup berdampingan lebih
sebagai kawan dan mitra daripada sebagai lawan.
D. Agama Islam Merupakan Rahmat Bagi Seluruh Alam
1. Makna agama islam
Kata islam berarti damai, selamat,
sejahtera,penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan
bahwa agama islam adalah agama yang mengandung ajaran yang menciptakan
kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan kehidupan ummat manusia pada
sebagai penerima amanah allah yang dapat menjalagkan amanah tersebut secara
benar dan kaffah.
Agama islam adalah
agama yang allah turunkan sejak manusia pertama, nabi pertama yaitu nabi adam
as. Agama islam itu kemudian allah turunkan secara berkisenambungan pada para
nabi dan rasul rasulnya. Aknir proses penurunan agama islam itu baru menjadi
pada masa kerasulan nabi Muhammad pada awal abad ke-v11 masehi. Islam sbagai
nama agama yang allah turunkan belum dinyatakan secara eksplisit pada masa
kerasulan sebelum nabi Muhammad saw. Tetapi makna yang substansi ajaranya
secara implicit memiliki persamaan yang dapat dipahami yang dapat dipahami dari
penyataan sikap para rasul. Sebagaimana firman allah dalam surah al- baqarah
ayat 132 yang artinya
‘’hai anak
anakku (kata Ibrahim )sesungguhnya allah telah memilih agama ini bagimu maka
janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama islam .(Q S al-baqarah 132)
Ajaran agama islam memiliki karakteristik sbb:
1. sesuai dengan fitrah manusia
2. ajarannya sempurna
3. kebenarannya mutlak
4. mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan
5. fleksibel dan ringan
6. berlaku scara universal
7. sesuai dengan akal pikiran dan memotivasi manusia untuk
menggunakan akal pikirannya
8. inti ajarannya adalah tauhid
9. menciptakan rahmat, kasih syang Allah terhadap mahluknya
2. makna ukhuwah insyaniah
Fungsi sebagai rahmat llah telah dijelaskan
dalam al-quran surah al anbiya ‘ ayat 107: yang artinya
‘’dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi
semesta alam’’(QS al- anbiya ‘ayat 107)
Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran islam sbb:
1. Islam memberikan kebebasan pada manusia untuk
menggunakan potensi yang diberikan Allah
2. slam menghargai dan menghormati
manusiasebagai hamba allah, baik mereka muslim maupun non muslim
3. Islam mengatur pemamfaatan alam secara baik dan
professional
4. Islam menghormati kondisi spesifk
indifidu manusia dan memberikan pelakuan yang spesifik pula.
E. Ukhuwah Islamiyah Dan Ukhuwah Insaniyah
1. makna ukhuwah islamiyah
kata ukhuwah berarti persaudaraan, maksudnya
perasaan simpati daan empati antara dua orang atau lebih. Persaudaraan sesame
muslim berarti saling menghargai dan saling menghormati relativitas
masing masing sebagai sifat dasar kemanusiaan, seperti perbedaan pemikiran,
sehingga tidak menjadi penghalang untuk saling membantu atau menolong karena
diantara mereka terkait oleh satu keyakinan dan dan jalan hidup, yaitu
islam.sebagaimana disebutkan dalam al quran surat alhujarat ayat 10: yang
artinya
‘’sesungguhnya
orang orang mukmin adalah bersaudara, karna itu damaikanlah antara kedua”
2. makna ukhuwah insaniyah
konsep sesama persaudaran manusia (ukhuwah
insaniyah) di landasi ajaran bahwa semua ummat manusia adalah makhluk Allah.
Sebagaimana Allah menjelaskan dalam al-quran surah al-maidah ayat 48:yang
artinya
Dalam praktek keterangan
yang sering timbul intern ummat beragama, antar ummat beragama dengan
pemerintahan disebabkan oleh :
1. Sifat dari masing masing
agama yang mengandung tugas dakwa atau misi
2. Kekurangan pengetahuan pemeluk
agama akan agamanya atau sendiri atau agama pihak lain ,
3. Para pemwluk agamma tidak mampu
menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan memandang renda agama lain.
4. Kaburnya batas antara sikap
memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam dalam kehidupan masayarakat
.
5. Kecurigaan masing masing akan
kejujuran pihak lain, baik intern ummat, beragama maupun antara ummat beragama
dengan pemerintah
6. Kurangnya saling pengertian
dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat
Dalam pembinaan ummat beragama, para pemimpin
dan tokoh dalam mempunyai peranan yang besar , yaitu:
1. Menerjemahkan nilai nilai dan
norma norma agama dalam masyarakat
2. Menerjemahkan gagasan pembangunan
kedalam bahasa yang di mengerti masyarakat
3. Memberikan pendapat, saran dan
kritik yang sehat terhadap ide ide dan cara cara yang di lakukan untuk
tugasnyanya pembangunan
4. Mendorong pembangunan dan
membimbing masyarakat dan ummat beragama untuk serta dalam usaha
F.
Kebersamaan Ummat Beragama Dalam Kehidupan Sosial
1. pandangan
agama islam terhadap ummat non islam
Dari segi kaidah, setiap orang yang tidak mau menerima islam
sebagai agamanya di sebut kafir atau non islam . Kata kafir berarti orang yang
menolak, yang tidak mau menerima atau menolak
menaati aturan allah yang diwujudkan kepada manusia melalui ajaran islam.
Ketika rasulullah mulai menyampaikan ajaran
islam kepada masyarakat arab, sebagian dari mereka ada yang mau menerima
ajaran tersebut dan sebagianya lagi menolak orang yang menolak ajakan
rasulullah saw tersebut di sebut juga kafir. Mereka terdiri dari orang orang
musrik yang menyembah berhala di sebut orang watsani, dan orang orang ahli
kitab baik orang yahudi maupun orang nasrani.
2. tanggung jawab sosial ummat islam
Ummat
islam adalah umat yang terbaik yang diciptakan allah dalam kehidupan
ini. Bentuk tanggung jawab sosial ummat islam meliputi berbagai aspek
kehidupan , di antaranya adalah :
1. Menjalin silaturahmi dengan tetangga dalam
sebuah hadis rasulullah menjadikan sebuah kebaikan seseorang kepada tetangganya
menjadi salah satu indicator keimanan
2. Memberikan infak sebagian dari
harta yang dimiliki, baik yang wajib dalm bentuk zakat maupun yang sunnah dalam
bentuk sedekah.
3. Menjenguk bila ada anggota
masyarakat yang sakit dan ta’ziyah bila ada anggota masyarakat yang meninggal
dengan mengantar jenazahnya sampai di kuburnya.
4. Memberi bantuan kepada
masyarakat bila ada yang memerlukan bantuan
5. Penyusunan system sosial yang efektif
dan efesien untuk membangun masyarakat, baik mental spiritual maupun fisik
materialnya.
3. amar
ma’ruf dan nahi munkar
Amar ma’ruf dan nahi munkar adalah memerintahkan
orang lain untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat. Disamping system
dan saran pendukung, amar ma’ruf dan nahi munkar memerlukan juga
kebijakan dalam bertindak. Karna itu rasulullah memberikan tiga tingkatan
yaitu:
1. Menggunakan tangan atau kekuasaan apabila
ia mampu,
2. Menggunakan lisan, dan
3. Dalam hati apabila langkah pertama dan
kedua tidak mmemungkinkan.
Bentuk
amar ma’ruf dan nahi munkar yang bersistem diantaranya adalah:
1. Mendirikan mesjid
2. Menyelenggarakan pengajian
3. Mendirikan lembaga wakaf
4. Mendirikan lembaga pendidikan islam
5. Mendirikan lembaga keuangan atau
perbangkan syariah
6. Mendirikan media massa islam, Koran, radio, tv dan lain
lain
7. Mendirikan panti rehabilitasi anak anak
nakal
8. Mendirikan pesantren
9. Menyelenggarakan kajian-kajian islam
10. Membuat jaringan informasi social
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari
pembahasan dalam makalah ini, dapat kami simpulkan berbagai macam bahasan
mengenai kerukunan antar umat beragama, yaitu : Kendala-kendala yang dihadapi
dalam mencapai kerukunan umat antar beragama ada beberapa sebab, antara lain;
Ø Rendahnya
Sikap Toleransi
Ø Kepentingan
Politik dan ;
Ø Sikap
Fanatisme
Adapun
solusi untuk menghadapinya, adalah dengan melakukan Dialog Antar
Pemeluk Agama dan menanamkan Sikap Optimis terhadap tujuan untuk mencapai
kerukunan antar umat beragama.
Menarik untuk dipahami
BalasHapussangat berguna untuk kedamaian dan keselrasan hidup beragama...
BalasHapusvisit my blog http://kuliahbuddhis.blogspot.co.id/